Dahulu kala Sunan Prawoto mempunyai murid yang bernama Raden Sucitro. Raden Sucitro sendiri adalah anak dari Sunan Katong, sesudah berada dipondok , raden sucitro jatuh cinta pada Diyah Murdaningsih,anak sunan prawoto. Kedua pemuda itu sudah bertekad untuk berumah tangga tetapi kedua orang tua mereka tidak setuju, lalu mereka kabur dari rumah.
Kemudian sunan prawoto mencari anaknya begitupun sunan katong mereka malah saling menuduh. akhirnya sunan prawoto diikuti para pengawalya menelusuri hutan yang lebat. setelah lama mencari dan tak kunjung menemukan akhirnya mereka beristirahat didekat sumber air(sendang). sunan prawoto mengambil wudhu di sendang itu, namun ia tidak tau kalau cicinnya ada terlepas kedalam sendang tersebut. banjur sunan prawoto mengutus pengawalnya untuk mencari cicin tersebut dengan berpesan "ojo nganti bali yen durung nemoake ali ali iku". selang beberapa hari, sunan prawoto gelisah "aku ngutus pengawal loro mau kok nganti iki durung bali iku iso nemoake alialiku opo ora?".
Akhirnya sunan prawoto beserta pengawalnya kembali ke sendang. Sesampainya di sendang itu sunan prawoto ingat pernah wudhu disendang tersebut, ternyata cincin itu ada di dalam sendang yang dulu dibuatnya wudhu dan belum memiliki nama. akhirnya sunan prawoto memberi nama "gandheng ali ali iki jenenge Socoludiro, sendhang iki tak wenehi jeneng 'sendhang socoludiro', lhah pengawalku loro iki seng goleki aliali nganti bebeg panggonan iki tak wenehi jeneng 'deso gedebeg'. kemudian kedua pengawal tadi dikubur digunung yang bernama gunung kaman dan sendang soco tadi berada di selatan gunung kaman. setelah itu sunan prawoto dan pengawalnya yang lain kembali menyusuri hutan, sampai disuatu tempat sunan prawoto mencium bau liwetan dan alngsung mencari asal bau tersebut.
Diah murdaningsih dan raden sucitro yang diketahui anak dari sunan prawoto dan sunan katong tahu kalau ada yang mencarinya, kemudian kedua pemuda itu pindah ke te,pat yang lebih tinggi (bukit). berhubung murdaningsih tahu kalau yang mencari adalah ayahnya, maka mereka tidak kembali ke tempat yang semula. setelah sunan prawoto mencari dan tidak ada orang disana, akhirnya suanan prawoto dan pengawalnya pulang. sesampainya dirumah prawoto mendapatkan firasat dari allah taala kalau anak yang dicarinya ada ditempat ketika ia mencium bau liwetan. akhirnya sunan prawoto dan pengawalnya kembali ke temppat tersebut, namun ditempat itu tidak ditemikan anaknya lagi karena setiap didatangi sunan prawoto tidak ada orang, sunan prawoto berpesan "besok nek ono rejaning jaman kampung iki tak jenengke kampung dalem." sunan prawoto.
Kemudian mencari disendang, dulu didekat sendang itu ada pohon besulih lalu sunan prawoto memanjat pohon besulih dan melihat keatas bukit. setelah diamati ternyata anaknya ada disana. sunan prawoto berniat untuk membunuh raden sucitro dengan dipanah menggunakan keris, dan keris itu mengenainya, karena murdaningsih sudah cinta mati pada raden sucitro, akhirnya diahmurdaningsih mencabut keris tersebut dan ditusknya ke dadanya. sunan prawoto pun senang sudah membunuh laki-laki tersebut, lalu sunan prawoto berserta pengawalnya pergi ke bukit itu untuk mengajak diah pulang. Namun sesampainya dibukit tersebut betapa terkejunya sunan prawoto melihat anak perempuannya sudah mati bersama raden sucitro.
Kemudian kedua jasad pasangan sehidup semati itu dikubur di bukit tersebut yang sekarang dikenal masyarakat denga sebutan "sigit duwur". keris yang digunakan untuk memenah raden sucitro kemudian di cuci di bawah pohon blimbing didekat sendang. buah blimbing yang tadinya manis setelah digunakan untuk mencuci keris berubah menjadi kecut atau asam, lalau buah tersebut dikenal dengan sebutan blimbing keris. kemudian kanjeng sunan prawoto berpesan "gandeng anakku mati neng kene kepengen podo omah omah nanging wongtuone ora setuju besok nak ono rejaning jaman panggonan iki tak jenakke 'deso penganten'".Dahulu kala Sunan Prawoto mempunyai murid yang bernama Raden Sucitro. Raden Sucitro sendiri adalah anak dari Sunan Katong, sesudah berada dipondok , raden sucitro jatuh cinta pada Diyah Murdaningsih,anak sunan prawoto. Kedua pemuda itu sudah bertekad untuk berumah tangga tetapi kedua orang tua mereka tidak setuju, lalu mereka kabur dari rumah.
Kemudian sunan prawoto mencari anaknya begitupun sunan katong mereka malah saling menuduh. akhirnya sunan prawoto diikuti para pengawalya menelusuri hutan yang lebat. setelah lama mencari dan tak kunjung menemukan akhirnya mereka beristirahat didekat sumber air(sendang). sunan prawoto mengambil wudhu di sendang itu, namun ia tidak tau kalau cicinnya ada terlepas kedalam sendang tersebut. banjur sunan prawoto mengutus pengawalnya untuk mencari cicin tersebut dengan berpesan "ojo nganti bali yen durung nemoake ali ali iku". selang beberapa hari, sunan prawoto gelisah "aku ngutus pengawal loro mau kok nganti iki durung bali iku iso nemoake alialiku opo ora?".
Akhirnya sunan prawoto beserta pengawalnya kembali ke sendang. Sesampainya di sendang itu sunan prawoto ingat pernah wudhu disendang tersebut, ternyata cincin itu ada di dalam sendang yang dulu dibuatnya wudhu dan belum memiliki nama. akhirnya sunan prawoto memberi nama "gandheng ali ali iki jenenge Socoludiro, sendhang iki tak wenehi jeneng 'sendhang socoludiro', lhah pengawalku loro iki seng goleki aliali nganti bebeg panggonan iki tak wenehi jeneng 'deso gedebeg'. kemudian kedua pengawal tadi dikubur digunung yang bernama gunung kaman dan sendang soco tadi berada di selatan gunung kaman. setelah itu sunan prawoto dan pengawalnya yang lain kembali menyusuri hutan, sampai disuatu tempat sunan prawoto mencium bau liwetan dan alngsung mencari asal bau tersebut.
Diah murdaningsih dan raden sucitro yang diketahui anak dari sunan prawoto dan sunan katong tahu kalau ada yang mencarinya, kemudian kedua pemuda itu pindah ke te,pat yang lebih tinggi (bukit). berhubung murdaningsih tahu kalau yang mencari adalah ayahnya, maka mereka tidak kembali ke tempat yang semula. setelah sunan prawoto mencari dan tidak ada orang disana, akhirnya suanan prawoto dan pengawalnya pulang. sesampainya dirumah prawoto mendapatkan firasat dari allah taala kalau anak yang dicarinya ada ditempat ketika ia mencium bau liwetan. akhirnya sunan prawoto dan pengawalnya kembali ke temppat tersebut, namun ditempat itu tidak ditemikan anaknya lagi karena setiap didatangi sunan prawoto tidak ada orang, sunan prawoto berpesan "besok nek ono rejaning jaman kampung iki tak jenengke kampung dalem." sunan prawoto.
Kemudian mencari disendang, dulu didekat sendang itu ada pohon besulih lalu sunan prawoto memanjat pohon besulih dan melihat keatas bukit. setelah diamati ternyata anaknya ada disana. sunan prawoto berniat untuk membunuh raden sucitro dengan dipanah menggunakan keris, dan keris itu mengenainya, karena murdaningsih sudah cinta mati pada raden sucitro, akhirnya diahmurdaningsih mencabut keris tersebut dan ditusknya ke dadanya. sunan prawoto pun senang sudah membunuh laki-laki tersebut, lalu sunan prawoto berserta pengawalnya pergi ke bukit itu untuk mengajak diah pulang. Namun sesampainya dibukit tersebut betapa terkejunya sunan prawoto melihat anak perempuannya sudah mati bersama raden sucitro.
Kemudian kedua jasad pasangan sehidup semati itu dikubur di bukit tersebut yang sekarang dikenal masyarakat denga sebutan "sigit duwur". keris yang digunakan untuk memenah raden sucitro kemudian di cuci di bawah pohon blimbing didekat sendang. buah blimbing yang tadinya manis setelah digunakan untuk mencuci keris berubah menjadi kecut atau asam, lalau buah tersebut dikenal dengan sebutan blimbing keris. kemudian kanjeng sunan prawoto berpesan "gandeng anakku mati neng kene kepengen podo omah omah nanging wongtuone ora setuju besok nak ono rejaning jaman panggonan iki tak jenakke 'deso penganten'".